Selasa, 15 Desember 2015

CARA MENGAKTIFKAN PTK GURU

Proses keaktifan PTK dalam satu sekolah dilakukan secara kolektif berdasarkan ajuan dari Kepala Sekolah ke Dinas. Namun untuk cetak Kartu Digital setiaptetap dilakukan mandiri oleh setiap PTK.
Catatan : Ajuan kolektif tersebut sekaligus sebagai laporan resmi rekap beban kerja PTK aktif di sekolah ke Dinas setempat. Info selengkapnya dapat Anda lihat disini.
Berikut langkah singkat mencetak kartu digital bagi PTK yang sekolahnya telah diajukan vervalnya oleh Kepala dan telah ajuan vervalnya oleh Dinas :
 1. Login sebagai PTK pada http://padamu.siap.web.id/ .
 2. Silakan isi PegID/NUPTK dan password login akun PTK Anda dan pilih layanan Padamu PTK jika telah berhasil login.
Cara Mengaktifkan PTK Padamu Negeri 2015 Semester 2
 3. Pada halaman dasbor PADAMU PTK Anda akan ditampilkan status keaktifan Anda, perhatikan gambar.
Cara Mengaktifkan PTK Padamu Negeri 2015 Semester 2
 4. Klik Info Mengajar untuk melihat Riwayat Mengajar Anda. Cara Mengaktifkan PTK Padamu Negeri 2015 Semester 2
Pemutakhiran riwayat mengajar tidak perlu di entri manual lagi oleh setiap guru. Sistem akan meng-update riwayat mengajar baik di sekolah induk atau non induk secara otomatis ke setiap portofolio guru sesuai dengan isian jadwal kegiatan belajar mengajar mingguan pada semester aktif yang di entri oleh petugas admin/operator sekolah.Catatan : harap disiapkan dokumen penjadwalan mingguan pembelajaran di setiap kelas pada semester 2 TP. 2014/2015 yang telah berlaku di sekolah saat ini sebagai dasar entri ke sistem Padamu Negeri). Klik untuk melihat Panduan Pengaturan Jadwal Kelas Mingguan. Berikut contoh tampilan Daftar Riwayat mengajar Anda.
Cara Mengaktifkan PTK Padamu Negeri 2015 Semester 2
 5. Unggah foto Anda, klik Unggah Foto. Cara Mengaktifkan PTK Padamu Negeri 2015 Semester 2
Pilih file foto dari media penyimpanan komputer Anda. File yang dapat diunggah adalah file JPG, PNG, dan GIF dengan ukuran maksimum yang diijinkan 250 X 400 pixel. Cara Mengaktifkan PTK Padamu Negeri 2015 Semester 2
 6. Selanjutnya, klik Periksa Portofolio, periksa portofolio Anda.
Cara Mengaktifkan PTK Padamu Negeri 2015 Semester 2
Jika ada yang harus disesuaikan silakan klik Edit Kembali, namun jika sudah sesuai klik OK. Cara Mengaktifkan PTK Padamu Negeri 2015 Semester 2
 7. Selanjutnya, klik tombol Aktifkan Portofolio untuk periode Tahun Ajuran 2014-2015 Semester 2. Cara Mengaktifkan PTK Padamu Negeri 2015 Semester 2Cara Mengaktifkan PTK Padamu Negeri 2015 Semester 2
 8. Langkah terakhir setelah semua PTK dalam satu sekolah melakukan keaktifan secara kolektif dan telah diajukan Kepala Sekolah ke Dinas untuk persetujuan verval, barulah PTK tersebut dapat mencetak kartu digital. TombolCetak kartu digital akan aktif jika verval ajuan kepala sekolah telah disetujui dinas. Klik tombol Cetak untuk mencetak kartu digital PTK.
Cara Mengaktifkan PTK Padamu Negeri 2015 Semester 2
 9. Selamat, kartu digital Anda sebagai tanda keaktifan PTK periode Tahun Ajuran 2014-2015 Semester 2 telah berhasil dicetak.
Cara Mengaktifkan PTK Padamu Negeri 2015 Semester 2

Kamis, 03 Desember 2015

CONTOH PROGRAM STACK PADA VISUAL BASIC 2008

Membuat Program Stack  menggunakan Visual Basic 2008




       
Aturan Permainan
dalam permainan kali ini, aturan nya simple saja, bila kita tekan tombol Push, maka nilai textbox di atas nya akan naik, dan textbox dibawahnya mengambil nilai textbox yg diatasnya, begitu juga bila kita tekan tombol pop. setelah kita siap mendesain programnya langsung saja dengan cepat menuju Properties lalu ganti:
1. textbox1 kita ganti namenya menjadi txtinput
2.textbox2 kita ganti namenya menjadi tmpush
3. textbox3 kita ganti namenya menjadi tmpop
4. button1 kita ganti textnya menjadi Push dan namenya menjadi tblpush
5. button2 kita ganti textnya menjadi Pop dan namenya menjadi tblpop
NB"dalam proses penggantian Name, tidak boleh menggunakan "space"

langkah pertama,
kita masukkan listing berikut, tepat dibawah Public class 
 Private m_stack As New Collections.Stack

Private Sub tampilstack()
        Dim values() As Object = m_stack.ToArray()
        Dim txt As String
        For i As Long = 0 To values.GetUpperBound(0)
            txt &= values(i) & " "
        Next i

        tmpush.Text = txt
    End Sub
tapi ingat, private class dan end class jangan sempat terganggu sedikitpun, jika anda tidak ingin program nya error;

langkah selanjutnya>>>
double click pada Tblpush lalu ketikkan listing berikut;

m_stack.push(txtinput.Text)
        txtinput.Text = txtinput.Text + 1
        txtinput.Select(0, 0)
        tampilstack()

jika kita ingin membuat pertambahan angka, maka kita ganti text yg bergaris biru diatas menjadi listing berikut.

txtinput.Text = Chr(Asc(txtinput.Text) + 1)

langkah selanjutnya>>>
 
double click pada Tbl pop lalu ketikkan listing berikut;


tmpop.Text = m_stack.pop() & " " & tmpop.Text
        tampilstack()
 
BY : ALWIN TANOGA

Minggu, 29 November 2015

Yuk! Belajar Pemrograman Visual Basic dot Net Di Mesran.Net

LISTVIEW PEMBAYARAN TAGIHAN PDAM



Public Class Form1

    Private Sub kodepelanggan_SelectedIndexChanged(ByVal sender As System.Object, ByVal e As System.EventArgs) Handles kodepelanggan.SelectedIndexChanged
        Select Case kodepelanggan.Text
            Case "001" : nama.Text = "Jhoni"
            Case "002" : nama.Text = "Eko"
            Case "003" : nama.Text = "Dian"

        End Select
    End Sub

    Private Sub tipe_SelectedIndexChanged(ByVal sender As System.Object, ByVal e As System.EventArgs) Handles tipe.SelectedIndexChanged
        Select Case tipe.Text
            Case "Toko"
                biayabeban.Text = 25000
                Hargaa.Text = 300
            Case "Rumah"
                biayabeban.Text = 15000
                Hargaa.Text = 100
            Case "Swalayan"
                biayabeban.Text = 100000
                Hargaa.Text = 200
            Case "Pabrik"
                biayabeban.Text = 250000
                harga.Text = 500

        End Select
    End Sub

    Private Sub LV_Load(ByVal sender As System.Object, ByVal e As System.EventArgs)
        LV.Columns.Add("kode", 80, HorizontalAlignment.Center)
        LV.Columns.Add("nama", 150, HorizontalAlignment.Left)
        LV.Columns.Add("tipe", 90, HorizontalAlignment.Center)
        LV.Columns.Add("biayabeban", 70, HorizontalAlignment.Left)
        LV.Columns.Add("jumlahpemakaian", 90, HorizontalAlignment.Center)
        LV.Columns.Add("totaltagihan", 100, HorizontalAlignment.Left)
        LV.Columns.Add("pajak", 80, HorizontalAlignment.Left)
        LV.Columns.Add("pembayaran", 90, HorizontalAlignment.Left)
        LV.View = View.Details
        LV.GridLines = True
        LV.FullRowSelect = True
        kodepelanggan.Items.Add("001")
        kodepelanggan.Items.Add("002")
        kodepelanggan.Items.Add("003")
        tipe.Items.Add("Rumah")
        tipe.Items.Add("Toko")
        tipe.Items.Add("Swalayan")
        tipe.Items.Add("Pabrik")


    End Sub

    Private Sub Form1_Load(ByVal sender As System.Object, ByVal e As System.EventArgs) Handles MyBase.Load
        kodepelanggan.Items.Add("001")
        kodepelanggan.Items.Add("002")
        kodepelanggan.Items.Add("003")
        tipe.Items.Add("Toko")
        tipe.Items.Add("Rumah")
        tipe.Items.Add("Swalayan")
        tipe.Items.Add("Pabrik")

    End Sub

    Private Sub btnhasil_Click(ByVal sender As System.Object, ByVal e As System.EventArgs) Handles btnhasil.Click
        totaltagihan.Text = Val(biayabeban.Text) + Val(Hargaa.Text * jumlahpemakaian.Text)
        pajak.Text = 0.01 * totaltagihan.Text
        pembayaran.Text = Val(totaltagihan.Text) + Val(pajak.Text)
    End Sub

    Private Sub btnhapuslist_Click(ByVal sender As System.Object, ByVal e As System.EventArgs) Handles btnhapuslist.Click
        LV.Items.Clear()
    End Sub

    Private Sub btnkeluar_Click(ByVal sender As System.Object, ByVal e As System.EventArgs) Handles btnkeluar.Click
        End
    End Sub

    Private Sub btnproses_Click(ByVal sender As System.Object, ByVal e As System.EventArgs) Handles btnproses.Click
        Dim Lst As New ListViewItem
        Lst.Text = kodepelanggan.Text
        Lst.SubItems.Add(nama.Text)
        Lst.SubItems.Add(tipe.Text)
        Lst.SubItems.Add(biayabeban.Text)
        Lst.SubItems.Add(jumlahpemakaian.Text)
        Lst.SubItems.Add(totaltagihan.Text)
        Lst.SubItems.Add(pajak.Text)
        Lst.SubItems.Add(pembayaran.Text)
        LV.Items.Add(Lst)
    End Sub
End Class

Kamis, 08 Oktober 2015

TARIAN GAYO

1.      Tari Saman

Tari Saman adalah sebuah tarian suku Gayo yang biasa ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam adat. Syair dalam tarian Saman mempergunakan bahasa Arab danbahasa Gayo. Selain itu biasanya tarian ini juga ditampilkan untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dalam beberapa literatur menyebutkan tari Saman di Aceh didirikan dan dikembangkan oleh Syekh Saman, seorang ulama yang berasal dari Gayo di Aceh Tenggara.
Tari saman merupakan salah satu media untuk pencapaian pesan (dakwah). Tarian ini mencerminkan pendidikan, keagamaan, sopan santun, kepahlawanan, kekompakan dan kebersamaan.
Sebelum saman dimulai yaitu sebagai mukaddimah atau pembukaan, tampil seorang tua cerdik pandai atau pemuka adat untuk mewakili masyarakat setempat (keketar) atau nasihat-nasihat yang berguna kepada para pemain dan penonton.
Lagu dan syair pengungkapannya secara bersama dan kontinu, pemainnya terdiri dari pria-pria yang masih muda-muda dengan memakai pakaian adat. Penyajian tarian tersebut dapat juga dipentaskan, dipertandingkan antara group tamu dengan grup sepangkalan (dua grup). Penilaian ditititk beratkan pada kemampuan masing-masing grup dalam mengikuti gerak, tari dan lagu (syair) yang disajikan oleh pihak lawan.
Tari Saman biasanya ditampilkan tidak menggunakan iringan alat musik, akan tetapi menggunakan suara dari para penari dan tepuk tangan mereka yang biasanya dikombinasikan dengan memukul dada dan pangkal paha mereka sebagai sinkronisasi dan menghempaskan badan ke berbagai arah. Tarian ini dipandu oleh seorang pemimpin yang lazimnya disebut Syech. Karena keseragaman formasi dan ketepatan waktu adalah suatu keharusan dalam menampilkan tarian ini, maka para penari dituntut untuk memiliki konsentrasi yang tinggi dan latihan yang serius agar dapat tampil dengan sempurna. Tarian ini khususnya ditarikan oleh para pria.
Pada zaman dahulu,tarian ini pertunjukkan dalam acara adat tertentu,diantaranya dalam upacara memperingati hari kelahiranNabi Muhammad SAW. Selain itu, khususnya dalam konteks masa kini, tarian ini dipertunjukkan pula pada acara-acara yang bersifat resmi,seperti kunjungan tamu-tamu Antar Kabupaten danNegara,atau dalam pembukaan sebuah festival dan acara lainnya.
Nyanyian para penari menambah kedinamisan dari tarian saman. Cara menyanyikan lagu-lagu dalam tari saman dibagi dalam 5 macam :
a.       Rengum           :           auman yang diawali oleh pengangkat.
b.      Dering             :           regnum yang segera diikuti oleh semua penari.
c.       Redet              :           lagu singkat dengan suara pendek yang dinyanyikan oleh seorang penari pada bagian tengah tari.
d.      Syek                :           lagu yang dinyanyikan oleh seorang penari dengan suara panjang tinggi melengking, biasanya sebagai tanda perubahan gerak.
e.       Saur                 :           lagu yang diulang bersama oleh seluruh penari setelah dinyanyikan oleh penari solo.
Tarian saman menggunakan dua unsur gerak yang menjadi unsur dasar dalam tarian saman: Tepuk tangan dan tepuk dada.Diduga,ketika menyebarkan agama islam,syeikh saman mempelajari tarian melayu kuno,kemudian menghadirkan kembali lewat gerak yang disertai dengan syair-syair dakwah islam demi memudakan dakwahnya.Dalam konteks kekinian,tarian ritual yang bersifat religius ini masih digunakan sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah melalui pertunjukan-pertunjukan.
Tarian saman termasuk salah satu tarian yang cukup unik,kerena hanya menampilkan gerak tepuk tangan gerakan-gerakan lainnya, seperti gerak guncang,kirep,lingang,surang-saring (semua gerak ini adalah bahasa Gayo).
Pada umumnya,Tarian saman dimainkan oleh belasan atau puluhan laki-laki, tetapi jumlahnya harus ganjil.Pendapat Lain mengatakan Tarian ini ditarikan kurang lebih dari 10 orang,dengan rincian 8 penari dan 2 orang sebagai pemberi aba-aba sambil bernyanyi.Namun, dalam perkembangan di era modern yang menghendaki bahwa suatu tarian itu akan semakin semarak apabila ditarikan oleh penari dengan jumlah yang lebih banyak. Untuk mengatur berbagai gerakannya ditunjuklah seorang pemimpin yang disebut syeikh. Selain mengatur gerakan para penari,Syeikh juga bertugas menyanyikan syair-syair lagu saman. yaitu ganit.

2.      Tari Bines

Tari Bines merupakan tarian tradisional yang berasal dari kabupaten Gayo Lues. Tari Bines merupakan bentuk tarian yang dimainkan oleh 12-14 orang perempuan dengan gerakan mengayunkan tangan dan diikuti irama gerakan badan serta alunan lagu-lagu Gayo yang di bawakan oleh salah satu penari. Mereka menyanyikan syair yang berisikan dakwah atau informasi pembangunan. Para penari melakukan gerakan dengan perlahan kemudian berangsur-angsur menjadi cepat dan akhirnya berhenti seketika secara serentak.
Tari ini juga merupakan bagian dari tari Saman saat penampilannya. Hal yang menarik dari tari Bines adalah beberapa saat mereka diberi uang oleh pemuda dari desa undangan dengan menaruhnya diatas kepala perempuan yang menari.
3.      Tari Didong
Sebuah kesenian rakyat Gayo yang dikenal dengan nama Didong, yaitu suatu kesenian yang memadukan unsur tarivokal, dansastra. Didong dimulai sejak zaman Reje Linge XIII. Kesenian ini diperkenalkan pertama kali oleh Abdul Kadir To`et. Kesenian didong lebih digemari oleh masyarakat Takengon dan Bener Meriah.
Ada yang berpendapat bahwa kata “didong” mendekati pengertian kata “denang” atau “donang” yang artinya “nyanyian sambil bekerja atau untuk menghibur hati atau bersama-sama dengan bunyi-bunyian”. Dan, ada pula yang berpendapat bahwa Didong berasal dari kata “din” dan “dong”. “Din” berarti Agama dan “dong” berarti Dakwah.
Pada awalnya didong digunakan sebagai sarana bagi penyebaranagama Islam melalui media syair. Para ceh didong (seniman didong) tidak semata-mata menyampaikan tutur kepada penonton yang dibalut dengan nilai-nilai estetika, melainkan di dalamnya bertujuan agar masyarakat pendengarnya dapat memaknai hidup sesuai dengan realitas akan kehidupan para Nabi dan tokoh yang sesuai dengan Islam. Dalam didong ada nilai-nilai religius, nilai-nilai keindahan, nilai-nilai kebersamaan dan lain sebagainya. Jadi, dalam ber-didong para ceh tidak hanya dituntut untuk mampu mengenal cerita-cerita religius tetapi juga bersyair, memiliki suara yang merdu serta berperilaku baik. Pendek kata, seorang ceh adalah seorang seniman sejati yang memiliki kelebihan di segala aspek yang berkaitan dengan fungsinya untuk menyebarkan ajaran Islam. Didong waktu itu selalu dipentaskan pada hari-hari besar Agama Islam.
Dalam perkembangannya, didong tidak hanya ditampilkan pada hari-hari besar agama Islam, melainkan juga dalam upacara-upacara adat seperti perkawinan, khitanan, mendirikan rumah, panen raya, penyambutan tamu dan sebagainya. Para pe-didong dalam mementaskannya biasanya memilih tema yang sesuai dengan upacara yang diselenggarakan. Pada upacara perkawinan misalnya, akan disampaikan teka-teki yang berkisar pada aturan adat perkawinan. Dengan demikian, seorang pe-didong harus menguasai secara mendalam tentang seluk beluk adat perkawinan. Dengan cara demikian pengetahuan masyarakat tentang adat dapat terus terpelihara. Nilai-nilai yang hampir punah akan dicari kembali oleh para ceh untuk keperluan kesenian didong.
Penampilan didong mengalami perubahan setelah Jepang masuk ke Indonesia. Sikap pemerintah Jepang yang keras telah “memporak-porandakan” bentuk kesenian ini. Pada masa itu, didong digunakan sebagai sarana hiburan bagi tentara Jepang yang menduduki tanah Gayo. Hal ini memberikan inspirasi bagi masyarakat Gayo untuk mengembangkan didong yang syairnya tidak hanya terpaku kepada hal-hal religius dan adat-istiadat, tetapi juga permasalahan sosial yang bernada protes terhadap kekuasaan penjajah Jepang. Pada masa setelah proklamasi, seni pertunjukan didong dijadikan sebagai sarana bagi pemerintah dalam menjembatani informasi hingga ke desa-desa khususnya dalam menjelaskan tentang PancasilaUUD 1945 dan semangat bela negara. Selain itu, didong juga digunakan untuk mengembangkan semangat kegotong-royongan, khususnya untuk mencari dana guna membangun gedung sekolahmadrasah,mesjid, bahkan juga pembangunan jembatan. Namun, pada periode 1950-an ketika terjadi pergolakan DI/TII kesenian didong terhenti karena dilarang oleh DI/TII. Akibat dilarangnya didong, maka muncul suatu kesenian baru yang disebut saer, yang bentuknya hampir mirip dengan didong. Perbedaan didong denga saer hanya dalam bentuk unsur gerak dan tari. Tepukan tangan yang merupakan unsur penting dalam didong tidak dibenarkan dalam saer.
Dewasa ini didong muncul kembali dengan lirik-lirik yang hampir sama ketika zaman Jepang, yaitu berupa protes (anti kekerasan). Bedanya, dewasa ini protesnya ditujukan kepada pemerintah yang selama sekian tahun menerapkan Aceh sebagai Daerah Operasi Militer, sehingga menyengsarakan rakyat. Protes anti kekerasan sebenarnya bukan hanya terjadi pada kesenian didong, melainkan juga pada bentuk-bentuk kesenian lain yang ada di Aceh.
Satu kelompok kesenian didong biasanya terdiri dari para “ceh” dan anggota lainnya yang disebut dengan “penunung”. Jumlahnya dapat mencapai 30 orang, yang terdiri atas 4–5 orang ceh dan sisanya adalah penunung. Ceh adalah orang yang dituntut memiliki bakat yang komplit dan mempunyai kreativitas yang tinggi. Ia harus mampu menciptakan puisi-puisi dan mampu menyanyi. Penguasaan terhadap lagu-lagu juga diperlukan karena satu lagu belum tentu cocok dengan karya sastra yang berbeda. Anggota kelompok didong ini umumnya adalah laki-laki dewasa. Namun, dewasa ini ada juga yang anggotanya perempuan-perempuan dewasa. Selain itu, ada juga kelompok remaja. Malahan, ada juga kelompok didong remaja yang campur (laki-laki dan perempuan). Dalam kelompok campuran ini biasanya perempuan hanya terbatas sebagai seorang Céh. Peralatan yang dipergunakan pada mulanya bantal (tepukan bantal) dan tangan (tepukan tangan dari para pemainnya). Namun, dalam perkembangan selanjutnya ada juga yang menggunakan seruling, harmonika, dan alat musik lainnya yang disisipi dengan gerak pengiring yang relatif sederhana, yaitu menggerakkan badan ke depan atau ke samping.
Pementasan didong ditandai dengan penampilan dua kelompok(Didong Jalu) pada suatu arena pertandingan. Biasanya dipentaskan di tempat terbuka yang kadang-kadang dilengkapi dengan tenda. Semalam suntuk kelompok yang bertanding akan saling mendendangkan teka-teki dan menjawabnya secara bergiliran. Dalam hal ini para senimannya akan saling membalas “serangan” berupa lirik yang dilontarkan olah lawannya. Lirik-lirik yang disampaikan biasanya bertema tentang pendidikan, keluarga berencana, pesan pemerintah (pada zaman Orba), keindahan alam maupun kritik-kritik mengenai kelemahan, kepincangan yang terjadi dalam masyarakat. Benar atau tidaknya jawaban akan dinilai oleh tim juri yang ada, yang biasanya terdiri dari anggota masyarakat yang memahami ddidong ini secara mendalam.
4.      Tari Guel
Tari Guel adalah salah satu khasanah budaya Gayo di NAD. Guel berarti membunyikan. Khususnya di daerah dataran tinggi gayo, tarian ini memiliki kisah panjang dan unik. Para peneliti dankoreografer tari mengatakan tarian ini bukan hanya sekedar tari. Dia merupakan gabungan dari seni sastra, seni musik dan seni tariitu sendiri.
Dalam perkembangannya, tari Guel timbul tenggelam, namun Guel menjadi tari tradisi terutama dalam upacara adat tertentu. Guel sepenuhnya apresiasi terhadap wujud alam, lingkungan kemudian dirangkai begitu rupa melalui gerak simbolis dan hentakan irama. Tari ini adalah media informatif. Kekompakan dalam padu padan antara seni satra, musik/suara, gerak memungkinkan untuk dikembangkan (kolaborasi) sesuai dengan semangat zaman, dan perubahan pola pikir masyarakat setempat. Guel tentu punya filosofi berdasarkan sejarah kelahirannya. Maka rentang 90-an tarian ini menjadi objek penelitian sejumlah surveyor dalam dan luar negeri.
Pemda Daerah Istimewa Aceh ketika itu juga menerjunkan sejumlah tim dibawah koodinasi Depdikbud (dinas pendidikan dan kebudayaan), dan tersebutlah nama Drs Asli Kesuma, Mursalan Ardy, Drs Abdrrahman Moese, dan Ibrahim Kadir yang terjun melakukan survey yang kemudian dirasa sangat berguna bagi generasi muda, seniman, budayawan untuk menemukan suatu deskripsi yang hampir sempurna tentang tari guel. Sebagian hasil penelitian ini yang saya coba kemukakan, apalagi memang dokumen/literatur tarian ini sedikit bisa didapatkan.
Berdasarkan cerita rakyat yang berkembang di tanah Gayo. tari Guel berawal dari mimpi seorang pemuda bernama Sengeda anak Raja Linge ke XIII. Sengeda bermimpi bertemu saudara kandungnya Bener Meria yang konon telah meninggal dunia karena pengkhianatan. Mimpi itu menggambarkan Bener Meria memberi petunjuk kepada Sengeda (adiknya), tentang kiat mendapatkan Gajah putih sekaligus cara meenggiring Gajahtersebut untuk dibawa dan dipersembahakan kepada Sultan Aceh Darussalam. Adalah sang putri Sultan sangat berhasrat memiliki Gajah Putih tersebut.
Berbilang tahun kemudian, tersebutlah kisah tentang Cik Serule, perdana menteri Raja Linge ke XIV berangkat ke Ibu Kota Aceh Darussalam (sekarang kota Banda Aceh). Memenuhi hajatan sidang tahunan Kesutanan Kerajaan. Nah, Sengeda yang dikenal dekat dengan Serule ikut dibawa serta. Pada saat-saat sidang sedang berlangsung, Sengeda rupanya bermain-main di Balai Gading sambil menikmati keagungan Istana Sultan.
Pada waktu itulah ia teringat akan mimpinya waktu silam, lalu sesuai petunjuk saudara kandungnya Bener Meria ia lukiskanlah seekor gajah berwarna putih pada sehelai daun Neniyun (Pelepah rebung bambu), setelah usai, lukisan itu dihadapkan pada cahayamatahari. Tak disangka, pantulan cahaya yang begitu indah itu mengundang kekaguman sang Puteri Raja Sultan. Dari lukisan itu, sang Putri menjadi penasaran dan berhasrat ingin memiliki Gajah Putih dalam wujud asli.
Permintaan itu dikatakan pada Sengeda. Sengeda menyanggupi menangkap Gajah Putih yang ada dirimba raya Gayo untuk dihadapkan pada tuan puteri dengan syarat Sultan memberi perintah kepada Cik Serule. Kemudian dalam prosesi pencarian itulah benih-benih dan paduan tari Guel berasal: Untuk menjinakkan sang Gajah Putih, diadakanlah kenduri dengan meembakar kemenyan; diadakannya bunyi-bunyian dengan cara memukul-mukul batang kayu serta apa saja yang menghasilkan bunyi-bunyian. Sejumlah kerabat Sengeda pun melakukan gerak tari-tarian untuk memancing sang Gajah.
Setelah itu, sang Gajah yang bertubuh putih nampak keluar dari persembunyiaannya. Ketika berpapasan dengan rombongan Sengeda, sang Gajah tidak mau beranjak dari tempatnya. Bermacam cara ditempuh, sang Gajah masih juga tidak beranjak. Sengeda yang menjadi pawang pada waktu itu menjadi kehilangan ide untuk menggiring sang Gajah.
Lagi-lagi Sengeda teringat akan mimpi waktu silam tentang beberapa petunjuk yang harus dilakukan. Sengeda kemudian memerintahkan rombongan untuk kembali menari dengan niat tulus dan ikhlas sampai menggerakkan tangan seperti gerakan belalai gajah: indah dan santun. Disertai dengan gerakan salam sembahan kepada Gajah ternyata mampu meluluhkan hati sang Gajah. Gajah pun dapat dijinakkan sambil diiringi rombongan. Sepanjang perjalanan pawang dan rombongan, Gajah putih sesekali ditepung tawari dengan mungkur (jeruk purut) dan bedak hingga berhari-hari perjalanan sampailah rombongan ke hadapan Putri Sultan di Pusat Kerajaan Aceh Darussalam.
Begitulah sejarah dari cerita rakyat di Gayo, walaupun kebenaran secara ilmiah tidak bisa dibuktikan, namun kemudian Tari Guel dalam perkembangannya tetap mereka ulang cerita unik Sengeda, Gajah Putih dan sang Putri Sultan. Inilah yang kemudian dikenal temali sejarah yang menghubungkan kerajaan Linge dengan Kerajaan Aceh Darussalam begitu dekat dan bersahaja.
Begitu juga dalam pertunjukan atraksi Tari Guel, yang sering kita temui pada saat upacara perkawinan, khususnya di Tanah Gayo, tetap mengambil spirit pertalian sejarah dengan bahasa dan tari yang indah: dalam Tari Guel. Reinngkarnasi kisah tersebut, dalam tari Guel, Sengeda kemudian diperankan oleh Guru Didong yakni penari yang mengajak Beyi (Aman Manya ) atau Linto Baroe untuk bangun dari tempat persandingan (Pelaminan). Sedangkan Gajah Putih diperankan oleh Linto Baroe (Pengantin Laki-laki). Pengulu Mungkur, Pengulu Bedak diperankan oleh kaum ibu yang menaburkan breuh padee (beras padi) atau dikenal dengan bertih.
Di tanah Gayo, dahulunya dikenal begitu banyak penari Guel. Seperti Syeh Ishak di Kampung Kutelintang-Pengasing, Aman Rabu di kampung Jurumudi-Bebesan, Ceh Regom di Toweran. Penari lain yang kurun waktun 1992 sampai 1993 yang waktu itu masih hidup adalah Aman Jaya-Kampung Kutelintang, Umer-Bebesan, Syeh Midin-Silih Nara Angkup, Safie-Gelu Gele Lungi-Pengasing, Item Majid-Bebesan. Mereka waktu itu rata-rata sudah berusia 60-an. Saat ini sudah meninggal sehingga alih generasi penari menjadi hambatan serius.
Walaupun ada penari yang lahir karena bakat sendiri, bukan langsung diajarkan secara teori dan praktik oleh para penari pakar seperti disebutkan, keterampilan menari mereka tak sepiawai para pendahulunya. Begitu juga pengiring penggiring musik tetabuhan seperti Rebana semakin langka, apalagi ingin menyamakan dengan seorang dedengkot almarhum Syeh Kilang di Kemili Bebesan.
Tari Guel dibagi dalam empat babakan baku. Terdiri dari babak Mu natap, Babak II Dep, Babak III Ketibung, Babak IV Cincang Nangka. Ragam Gerak atau gerak dasar adalah Salam Semah (Munatap ), Kepur Nunguk, Sining Lintah, Semer Kaleng (Sengker Kalang), Dah-Papan. Sementara jumlah para penari dalam perkembangannya terdiri dari kelompok pria dan wanita berkisar antara 8-10 ( Wanita ), 2-4 ( Pria ). Penari Pria dalam setiap penampilan selalu tampil sebagai simbol dan primadona, melambangkan aman manyak atau lintoe Baroe dan Guru Didong. Jumlah penabuh biasanya minimal 4 orang yang menabuh Canang, Gong, Rebana, dan Memong. Tari Guel memang unik, pengalaman penulis merasakan mengandung unsur dan karakter perpaduan unsur keras lembut dan bersahaja. Bila para pemain benar-benar mengusai tarian ini, terutama peran Sengeda dan Gajah Putih maka bagi penonton akan merasakan ketakjuban luar biasa. Seolah-olah terjadinya pertarungaan dan upaya memengaruhi antara Sengeda dan Gajah Putih. Upaya untuk menundukkan jelas terlihat, hingga kipasan kain kerawang Gayo di Punggung Penari seakan mengandung kekuatan yang luar biasa sepanjang taarian. Guel dari babakan ke babakan lainnya hingga usai selalu menawarkan uluran tangan seperti tarian sepasang kekasih ditengah kegundahan orang tuanya. idak ada yang menang dan kalah dalam tari ini, karena persembahan dan pertautan gerak dan tatapan mata adalah perlambang Cinta. Tapi sayang, kini tari Guel itu seperti kehilangan Induknya, karena pemerintah sangat perhatian apalagi gempuran musik hingar modern seperti Keyboar pada setiap pesta perkawinan di daerah itu.
5.      Tari Mesekat
Mesekat merupakan tarian yang dibawakan oleh anak-anak sampai orang dewasa secara berkelompok dengan posisi berbaris, sepertinya halnya orang shalat saat membaca tahayatul akhir. Dalam tarian biasanya yang dipilih menjadi imam adalah kadi ataushe yang nantinya menjadi panutan dalam gerak dan syair yang dibacakan secara serentak dan serasi dan dilaksanakan dengan irama shalawat dan qasidah.
Tari mesekat melahirkan suatu karya seni yang sifatnya klasik tradisional, cara membawakannya harus dengan menghafal dari berbagai ragam atau dengan cara berurutan. Dalam permainanya peserta memakai baju adat dengan jumlah pemain minimal 18 orang. Dalam syairnya dapat diartikan sebagai himbauan kepada masyarakat atau pemerintah desa, camat, bupati tentang hal-hal pembangunan./A M U.

RESEP MAKANAN ENAK GAYO

Resep Masakan Khas Kabupaten Gayo Lues

Resep Masakan Khas Kabupaten Gayo Lues. Selain kota yang indah, kabupaten gayo lues juga
memiliki banyak kebudayaan dan masakan yang sangat lezat. Diantaranyaadalah ikan pengat khas Gayo Lues. Bagi anda yang belum mencoba ikan pengat khat gayo lues anda tak perlu khawatir karena saya akan memberikan resep pembuatan ikan gayo lues. Berikut resepnya adalah sebagai berikut:


  • 1 kg Ikan depik (teri gayo) atau ikan mujair (bersihkan)
  • 1 sdm jeruk nipis
  • 1/2 sdt garam
  • 4 buah asam sunti
  • 1 lembar daun salam
  • 1 batang sereh (memarkan)
  • 2 buah tomat (buang biji lalu potonf kecil-kecil)
  • 5 buah cabe rawit
  • 2 sdm minyak goreng
  • Air secukupnya


Bumbu halus


  • 10 buah cabe merah
  • 5 buah bawang merah
  • 4 buah bawang putih
  • 2 cm kunyit
  • 1 sdt ketumbar
  • 1 sdt andaliman
  • 1/2 sdt garam
  • 1/2 sdt lada bubuk


Cara membuat Pengat Ikan Khas Gayo

  1. Bersihkan ikan depik atau mujair lalu remas-remas menggunakan air jeruk nipis dan garam, sisihkan
  2. Panaskan minyak didalam wajan lalu tumis bumbu halus, daun salam, & daun sereh hingga harum lalu masukan ikan dan air secukupnya. 
  3. Kemudian masukan asam sunti, tomat, dan cabe rawit utuh.
  4. masak dengan api kecil sampai kuah mengering
  5. Sajikan
Cukup mudah bukan, sekarang ibu boleh mencoba resep saya dan dijamin rasa dari ikan pengat khas gayo membuat anda ingin terus memakannya dari pada hanya membayangkannya mening sekarang ibu mencoba memsaknya, Selamat memasak!

MAKANAN KHAS GAYO

SEBAHAGIAN besar orang Gayo baik yang berdomisili di tanoh Gayo maupun diperantauan sudah mengetahui makanan dan masakan Gayo ini, hanya sebagai pengingat dan memberitahukan kepada yang belum mengetahui, bahwasanya Gayo juga memiliki makanan dan masakan khas tersendiri yang sebagian masakan ini memakai tumbuhan yang hanya banyak terdapat di Gayo.
Berikut beberapa makanan dan masakan Gayo yang seperti yang di rangkum Lintas Gayo:
1. Gutel, makanan yang terbuat dari gabungan tepung beras, kelapa parut dan garam ini sering menjadi kiasan dalam  tutur dan bahasa gayo yang dikarenakan  makanan ini bertekstur kaku atau padat (del_gayo) seperti “gutel del lepat tuli”. dulunya jika membuat gutel tepung beras yang akan dipakai di tumbuk (tutu-Gayo) didalam lusung kemudian diayak dengan cara di tenting (pemisahan tepung yang halus dengan kasar menggunakan niyu/tampah).
Pembuatan gutel ini tidak begitu sulit, tepung beras yang telah di campur dengan kelapa parut dan garam kemudian dikepal-kepal ( kemul-Gayo) yang kemudian dua buah gutel yang sudah di kepal di satukan dengan di ikat menggunakan daun pandan dalam istilah Gayo gutel seperti ini disebut gutel ” sara upuh kerung roa” atau sebagian masyarakat ada yang membungkus dengan menggunakan daun pisang, ni semua tergantung selera seperti apa.
Gutel sangat enak jika dinikmati di pagi hari atau sore hari dengan dikawani secangkir kopi khas Gayo.
2. Lepat, makanan yang satu ini ada yang terbuat dari tepung ketan (pulut), labu tanah (petukel_Gayo) dan ada yang berbahan dari singkong (gadung-Gayo). yang sering dibuat oleh masyarakat Gayo jika menjelang bulan Ramadhan, lebaran Idhul Fitri dan Idhul Adha ialah lepat yang berbahan tepung ketan, karena kebiasaan masyarakat Gayo jika menjelang bulan Ramadhan atau pun lebaran setiap rumah saling bergantian dan tukar menukar lepat yang telah dibuatnya, dan ini merupakan kebiasaan yang telah lama ada.
Lepat yang terbuat dari tepung ketan, tepung ketan yang akan di pakai terlebih dahulu diaduk menjadi satu dengan menggunakan air gula aren yang telah dimasak  dan kebiasaan orang dulunya tepung ketan itu di aduk menggunakan manesen (Air aren yang diambil dan langsung dimasak), sehingga nantinya hasil adukan tepung ketannya akan berwarna coklat. lepat hampir sama dengan timpan Aceh sama-sama dibungkus dengan mengunakan daun pisang yang membedakannya ukuran lepat lebih besar dari timpan Aceh, daun pisang yang digunakan tidak harus daun mudanya serta inti atau dalaman lepat berisi kelapa yang diparut yang terlebih dahulu dimasak dengan menggunakan gula aren atau gula pasir biasa.
3. Gegerip, makanan yang satu ini sudah jarang ada dan dibuat atau dijual oleh masyarakat gayo yang dikarenakan jarangnya peminat makanan ini mungkin dikarenakan tekstur makanan ini yang sangat keras dan alot (liet-Gayo).
Gegerip terbuat dari nasi yang dijemur dan dikeringkan yang kemudian dicampur dengan gula merah baru dionseng-onseng sebentar.
4. Brahrum, di Aceh makanan ini dikenal dengan sebutan bohruhrum atau di pulau jawa makanan ini disebut onde-onde, tapi di Gayo makanan ini dikenal dengan sebutan brahrum. makanan yang terbuat dari tepung ketan ini di bentuk menjadi bulat yang kemudia tengahnya diisi potongan gula aren (gula tampang- Gayo) dan kemudian direbus di air mendidih jika sudah terapung berarti makanan ini telah masak yang kemudian di lumuri dengan parutan kelapa.
4. Apam, makanan yang mungkin di seluruh pelosok indonesia mengenalnya dengan sebutan serabi, di Gayo serabi dikenal dengan sebuatan apam dan biasanya dimakan dengan menggunakan santan yang telah dimasak dan dicampurka gula biar terasa manis.
5. Masam jeing, masakan yang tidak asing di telinga dan lidah orang Gayo maupun pendatang yang telah merasakan betapa dahsyatnya cita rasa masakan ini. masakan khas Gayo ini adalah masakan yang merupakan gabungan beberapa sayuran seperti kentang, labu siam (buah jepang-Gayo), kacang koro, jamur, dan lain-lain tergantung selera penikmat masakan ini. ada sebagian penikmat masakan ini menjadikan ikan yang dimasam jeing seperti ikan jaher (mujahir/ Nila), ikan bawal, dan bandang. bumbu yang digunakan inilah yang membuat masakan ini semakin terasa selain cabe merah, bawang merah, kunyit, garam dan terasi ada empan (tanaman hutan yang saat ini tengah dibudidayakan yang jika dimakan akan terasa kebas di lidah), gegarang (tanaman yang menjadi tanaman wajib setiap rumah orang Gayo, tumbuhan yang hidup seperti rumput dan jika dicium punya bau tersendiri) dan terong padul (tomat cherry) tanpa lupa diberi percikan air jeruk sayur (bukan jeruk lemon atau nipis karena akan menghilangkan cita rasanya).
6. Pengat, bumbu masakan ini tidak jauh berbeda dengan Masam jeing yang membedakannya adalah pengat dimasak dan disajikan tanpa kuah seperti masam jeing, masakan ini dikeringkan dan lebih enak jika ikan atau sayur yang dimasak pengat dimasak diatas bejana terbuat dari tanah (belanga tanoh-Gayo) dan dimasak diatas kayu api. ikan yang sering dipengat masyarakat gayo adalah ikan-ikan yang berasal dari danau Laut tawar seperti depik, mujahir dan lain-lain.
7. Dedah, masakan yang satu ini mengunakan ikan dan kebiasaan orang Gayo ikan yang didedah itu adalah ikan depik rajikan bumbunya sangat sederhana yang terdiri kunyit, bawang merah yang keduanya dihaluskan, empan, gegarang dan percikan jeruk sayur tanpa lupa membubuhkan belahan cabe hijau.
8. Tenaruh dedah. Tenaruh (telur) yang digunakan adalah telur bebek, yang dimasak di atas daun pisang dengan hanya menambahkan bawang merah, garam dan jeruk sayur tanpa menggunakan minyak goreng atau air namun hanya di onseng-onseng di atas daun pisang tersebut
9. Cecah, makanan/masakan ini dijadikan pelengkap saat makan dengan sayur yang di rebus seperti pujuk jepang, daun ubi, dan lain-lain. cecah bisa meningkatkan selera makan, di Gayo ada cecah yang di makan dengan sayur rebus biasanya cecah trong agur (terong belanda), cecah trong padul (tomat cherry) dibuat tanpa proses dimasak.
10. Cecah Ries, cecah yang ini berbeda dengan cecah yang sebelumnya, cecah ini adalah masakan yang terdiri dari Ayam atau burung yang dipanggang yang kemudia dagingnya disuir-suir, ditambahkan batang pisang bagian paling dalamnya, merica, ketumbar, bawang merah, bawang putih, garam, jeruk sayur dan kelapa gonseng yang dihaluskan.
11. Cecah reraya atau cecah kekulit. Kenapa di sebut dengan cecah reraya karena masakan yang satu ini sering di buat masyarakat gayo saat menjelang bulan ramadhan, Lebaran Idhul Fitri dan Adha. bumbu yang dipakai hampir sama dengan cecah ries namun cecah reraya tidak memakai batang pisang dan ayam atau burung yang dipanggang namun terdiri dari kulit kerbau atau lembu yang sudah di bakar dan dibersihkan, hati dan jantung kerbau, danging kerbau, sere, lengkuas dan diberikan perasan pati dari uweng (batang pohon hutan yang hidup di Gayo yang rasanya kelat).
Jika ingin merasakan masakan dan makanan khas Gayo ini bisa dan sangat mudah di jumpai di daerah Takengon banyak rumah makan yang menyediakan masakan ini seperti di Cafe Batas kota daerah Paya tumpi dan makanan Gayo bisa didapat di pasar tradisional Takengon yang buka setiap pagi muali jam 04.00 Wib pagi sampai 10.00 Wib menjelang siang.
Menurut inen Nur yang merupakan penjual makanan khas Gayo ini, dia telah memiliki pembeli tetap setiap paginya dan pembelinya tidak hanya orang-orang Gayo namun banyak juga dari bukan orang Gayo bahkan dari orang-orang China yang tinggal di Takengon juga ada.